Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? Yesaya 2:22 Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? | Alkitab Terjemahan Baru (TB) | Unduh Aplikasi Alkitab Sekarang Juga Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa, berharaplah kepada Allah, niscaya engkau tidak akan pernah kecewa. Sudah beberapa kali saya membaca kalimat ini, entah itu status orang ataupun di PM. Mari kita telaah sedikit apa sebenarnya arti kalimat itu. Kita mungkin salah satu orang yang pernah menempel PM tersebut di medsos, bbm atau WA, tapi mengertikah kita artinya atau itu hanya sebentuk kalimat sederhana yang akan berlalu begitu saja dan mudah dilaksanakan. Kalimatnya sih sederhana dan sangat betul sekali, jangan berharap kepada manusia tapi berharaplah kepada Allah, lantas bagaimana penerapannya ? sementara kita seringkali mengucapkan kalimat2 seperti "semoga Accounting ngk telat transfer gaji bulan ini ?" atau "semoga Ibu kos ngk nagih bayaran kosan hari ini" atau "semoga direksi ngk jadi ke kantor cabang hari ini" dan jenis2 kalimat lain yang isinya mirip2. Bukankah kalimat2 yang kita ucapkan itu sebenarnya sama halnya dengan "berharap kepada manusia", padahal lucunya di PM kita terpampang kalimat " Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa, berharaplah kepada Allah, niscaya engkau tidak akan pernah kecewa". Menulis hal ini bukanlah patokan bahwa saya tahu, justru karena saya tidak tahu dan ingin tahu maknanya, saya jadi berkeinginan menulis ini, membuat saya mencari sedikit bacaan lalu merenunginya. Pada intinya, semua yang ada di bumi bergerak atas ijin Allah SWT, semua dibawah kendalinya. Kita bisa makan, tersenyum, bergerak kesana kesini, berkata kata, atau merasa sedih semua adalah kendaliNya, kita ini ibarat boneka, hanya saja kita diberi hati untuk merasakan dan akal untuk berpikir. Nah, itulah dasar tulisan ini, bahwa pada akhirnya kita ini hanya boneka, hanya menerima saja aturanNya. lalu bagaimana cara kita berharap bukan kepada manusia tapi hanya kepada Allah ? jawabannya tentu saja kita harus taat kepada Allah, kita harus mendekatiNya, jangan menjauh dariNya, karena semakin kita menjauh Dia juga akan jauh, tapi ketika kita mendekat Dia akan semakin mendekat. Jika kita punya masalah dengan atasan kita, jangan pusing dengan pemikiran saya harus gimana ke bos, saya harus melakukan apa, tapi pertama curhatlah kepada Allah SWT, jika kita masih berpikir pertama kali "saya harus gimana ke bos" itu artinya kita masih berharap kepada manusia. Coba begitu ada masalah dengan atasan, pertama berdoalah dulu kepada Allah SWT, karena Allah jualah yang menguasai hati dan pikirin bos kita, karena bos kita itu hanya makhluknya, hanya bonekanya Allah. Setelah berdoa, baru berpikir melakukan apa ke bos. Itu baru perbuatan benar yang mencerminkan "jangan berharap kepada manusia tapi berharap kepada Allah". Mari kita rayu Allah sebanyak banyaknya agar hati kita merasa dekat denganNya, ketika dekat, maka insyaAllah kita akan lebih mudah meminta KepadaNya. Dekat dengan anggota DPR, pejabat polisi atau walikota saja kita sudah merasa hebat dan merasa ada Backingan, apalagi ketika dekat dengan Allah yang menguasai jiwa semua pejabat itu. Sobat, Allah itu jauh jauuuuh lebih tinggi dari anggota dewan, walikota atau presiden, tapi kebanyakan prilaku kita tidak mencerminkan itu. Lihat betapa bangganya kita ketika merasa kenal dengan walikota padahal hanya sebatas kenal bukan dekat lho, trus betapa sombongnya kita ketika ada saudara yang menjadi pejabat tinggi di kepolisian "saya mah ada backingan di kepolisian", itu prilaku yang kita temui sehari hari. Mari kita beristiqfar, betapa selama ini kita tidak menomorsatukan Allah dalam kehidupan kita, sadar atau tidak sadar prilaku kita itu mencerminkan itu, walaupun kata2 atau status kita berkata menomorsatukan Allah. Mari mohon ampun kepada Allah sebanyak banyak...Mari menjadi pribadi yang lebih baik di siang hari yang mendung. Lihat Humaniora Selengkapnya
Ketika kepada-Nya diajukan pertanyaan ini oleh orang-orang farisi: “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisaratau tidak?” (Matius 22:17). Maka jawab Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yangwajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21).
Ilustrasi berdoa. Foto ShutterstockSetiap manusia memiliki permasalahan hidupnya masing-masing. Ada kalanya ujian hidup yang dihadapi membuat seseorang putus asa. Namun, di tengah kesulitan tersebut, umat Muslim diajarkan untuk berharap hanya kepada Allah ajaran Islam, Allah SWT merupakan satu-satunya tempat bersandar kaum Muslimin. Saat sedang sedih dan terpuruk, Allah yang menjadi penyelamat dan bisa membantu umat-Nya menyelesaikan apa pun masalah mereka. Bahkan, Zahrana an-Ni'mah dalam buku Jalan Membeli Bahagia menuliskan, berharap kepada manusia adalah patah hati yang paling disengaja. Maksudnya, meski Allah memberi pertolongan melalui perantara manusia atas seizin-Nya, kuasa manusia tidak sebesar kuasa-Nya. Jadi, akan sangat mengecewakan jika keinginan yang diharapkan tidak berdoa. Foto Billion Photos/ShutterstockBerbeda jika berharap kepada Allah. Meski harapannya tidak sesuai, tidak ada rasa kecewa yang muncul, sebab Allah akan mengganti dengan rencana-Nya yang lebih indah. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam salah satu riwayatnya“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” HR. Ahmad 5 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahihDalam Al Quran, ada beberapa ayat jangan berharap kepada manusia yang bisa dijadikan pegangan umat Muslim. Berikut kumpulan Jangan Berharap kepada ManusiaIlustrasi ayat jangan berharap kepada manusia Foto Shutterstock1. Al Ikhlas Ayat 2-4اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ 1 لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ 2 وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ 3Artinya “Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”Mengutip buku Pendidikan Agama Islam Al Quran Hadis tulisan Abd. Wadud, ayat kedua Surat Al Ikhlas mengajarkan umat Muslim bahwa tempat bergantung, tempat bersandar, dan tempat meminta pertolongan hanyalah kepada Allah, tanpa perantara, sekalipun perantaranya serupa juga disampaikan melalui ayat ketiga dan keempat. Dikatakan, Allah adalah Zat yang Esa yang tidak beranak dan diperanakkan, maka hanya kepada-Nya-lah manusia berharap, bergantung, serta meminta pertolongan dan Al Insyirah 8وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْArtinya “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”Menurut tafsir Kemenag, dalam ayat tersebut Allah menegaskan agar Nabi Muhammad hanya menuntut keridhaan Allah semata. Sebab, hanya kepada-Nya-lah manusia merendahkan Al Maidah 23ilustrasi berdoa. Foto Nong2/Shutterstockقَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَArtinya “Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, Serbulah mereka melalui pintu gerbang negeri itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”Melalui ayat ini, Allah memperingati manusia untuk bertawakal hanya kepada-Nya. Bagi mereka yang mematuhinya, niscaya akan diberi kenikmatan oleh Allah Al Ankabut 41مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَArtinya “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”Kaum musyrikin yang menyembah berhala atau selain Allah untuk mewujudkan harapan mereka diibaratkan seperti rumah laba-laba, yaitu rumah yang paling rapuh dan lemah untuk hanya kepada Allah surat apa?Kenapa kita tidak boleh terlalu berharap kepada manusia?Apakah boleh berharap kepada manusia menurut Islam?

Jika Allah menginginkan seseorang ada di surga, Dia harus berharap supaya orang itu, dengan kehendak bebasnya, memilih jalan keselamatan yang telah Ia sediakan. Sebenarnya, pandangan ini sudah tidak lagi bisa menyatakan kalau “Allah memilih,” karena Allah tidak benar-benar memilih- Dia hanya diijinkan mendukung pilihan manusia.

Berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah lah yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.” Maka, apabila kita memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap itu kepada Allah SWT. Kenapa? Karena kalau kita terlalu berharap pada manusia, kita pasti akan kecewa. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra. pernah bersabda, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Berharaplah hanya pada hanya pada Allah Ta’ala, Dzat yang paling tinggi. Tak ada yang menandingi. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” QS. Al-Insyirah 8 Allah Ta’ala pun berfirman “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Al-Insyirah 5-6. Ini merupakan kabar gembira yang sangat besar, bahwa ketika ditemui sebuah kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan. Sampai-sampai, andaikan kesulitan itu masuk ke lubang biawak, niscaya kemudahan pun akan masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, “…Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. Ath-Thalaq 7 Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda “Sesungguhnya bersama kesedihan itu ada jalan keluar dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” HR. Ahmad. Hal ini pun diperkuat tafsir dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menyatakan, satu kesulitan tidak akan pernah mungkin mengalahkan dua kemudahan. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” HR. Muslim, Ini semua lagi-lagi menjadi bukti bahwa kesulitan yang dihadapi manusia tidak akan selamanya. Ibarat hujan, ia akan berhenti dan melengkungkan warna indah pelangi. Ketika kita dilanda kesedihan, perbanyak istighfar mampu menjadi jalan kesembuhan bagi kesedihan kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka.” HR. Ahmad, Al Musnad Umar bin Khattab radhiyallahu anhu pun pernah bersabda, “Sebaik-baiknya kehidupan yang kami dapati adalah dengan kesabaran.” Karena kesabaran mampu menyentuh langit dan menurunkan kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita, sehingga Dia hilangkan kesulitan dan kedukaan kita karenanya. Astaghfirullah! Ya Allah, ampuni hamba yang terlalu berharap kepada selain-Mu. Kau telah timpakan pedihnya pengharapan selain kepada-Mu. Ya Allah, izinkanlah kami untuk selalu berharap kepada-Mu ya Rabb, agar kami terhindar dari kekecewaan karena terlalu berharap kepada selain-Mu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berharap hanya kepada Allah. Hits 9967 Sri Wahyuni Continue Reading

Allah cemburu karna kamu berharap kepada manusia, Allah hadirkan kecewa melalui orang yg salah itu supaya kamu kembali kepada Allah dan tidak berharap kepada manusia. Karna pengharapan terbaik itu hanya kepada Allah. Berharaplah kepada Allah , Allah tidak akan pernah mengecewakan bahkan membuat kamu menangis. Sekarang kita dekatkan diri kepada
Sebagai makhluk yang disebut manusia, kehidupan yang kita jalani sejauh ini merupakan sebuah perjalanan yang terikat oleh ruang dan waktu. Selalu berkaitan dengan dimana dan kapan. Secara umum, manusia dengan kecerdasan akalnya kemudian memperiodesasikan waktu dari satuan terkecil sampai terbesar dari mulai hitungan detik sampai tahun. Yang mana menurut hemat penulis ini menjadi kemudahan tersendiri bagi manusia untuk bisa lebih berharap bersikap efektif dan efisien dalam menjalani kehidupan yang kompleks ini. Dalam periodesasi hitungan detik, menit, atau jam, mungkin tak akan menjadi suatu hal yang menarik; jika kemudian menjadi bahan pembahasan ataupun pembicaraan hal layak pada umumnya. Namun jika membicarakan soal tahun maka semua mata akan tertuju salah satunya pada masa akhir dari setiap tahunnya. Selain daripada terdapat perayaan natal bagi umat nasrani dan juga menjadi hari libur bagi siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah, moment pergantian tahun di setiap tahunnya pasti seakan menjadi moment yang seakan spesial dan diistimewakan. Tak bisa dipungkiri, misal kita saksikan lewat media sosial kita saja, betapa banyak orang-orang diluar sana; yang sudah memilik planing berlibur/bersenang-senang sejakjauh-jauh hari, menyiapkan petasan atau kembang api, dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dengan label tahun baruan’. Fenomena semacam itu memang tak bisa terelakan dan seakan sudah menjadi seperti budaya di kalangan kaum muda khususnya. Karena memang di satu sisi biasanya bertepatan dengan hari libur, di sisi lain ada moment perayaan kembang api yang notabenenya menjadi perhatian di akhir malam bulan Desember tersebut. Hati-Hati, Berharap Pada Tuhan atau Tahun? Namun, terlepas dari fenomena-fenomena tahun baruan diatas sebenarnya ada satu hal menarik lainnya yang agaknya juga patut mendapat perhatian khusus. Fenomena berharap pada tahun yang akan datang mungkin juga tak asing terdengar ataupun terlihat lewat teks-teks di laman media sosial ataupun lainnya. Fenomena semacam ini biasanya berisikan narasi pengharapan pada tahun berikutnya agar tidak terjadi hal-hal – biasanya yang negatif menurut subyeknya masing-masing – yang sudah terjadi dalam kurun waktu 12 bulan terakhir mereka jalani. Isi dari setiap pesannya memang hampir sebagian besar pesan positif dan membangun. Momen di penghujung tahun memang dirasa oleh banyak orang; sebagai moment yang tepat tuk merekap apa-apa yang telah dilaluinya dan dijalaninya selama setahun tersebut. Maka kemudian tak aneh jika banyak pula yang punya harapan besar tuk dirinya di tahun yang akan datang. Namun yang perlu diperhatikan dari fenomena tersebut tentunya jika permohonan/pesan ditujukan dengan berharap pada tahun yang esensinya hanya sebuah satuan waktu, bukan pada Tuhan sebagai pengatur waktu tersebut, tentu ini keliru. *** Dan amat disayangkan sebenarnya jika ini turut dilakukan oleh umat muslim khususnya kaula muda yang mudah mengikuti euforia. Bukan maksud memberi pelarangan, karena tentunya berharap/memohon akan suatu hal yang lebih baik; merupakan sudah menjadi naluri dari manusia dan juga merupakan perbuatan yang positif. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallaahu anha, Rasulullah pun bahkan pernah mengajarkan sebuah doa kepadanya; yang mana isinya beliau meminta akan hal-hal baik dan memohon tuk dilindungi dari hal-hal buruk. Dan tentu yang kemudian membedakan apa yang Rasulullah ajarkan ialah pengharapannya yang tertuju pada Allah dan doanya pun; tanpa spesifikasi terkait kapan pengaplikasiannya. Inilah yang semestinya turut juga diamalkan dan dilakukan oleh setiap muslim dimanapun berada. Sudah barang tentu menjadi perhatian jikalau setiap permohonan dan pengharapan itu disandarkan dan ditujukan hanya kepada Allah selaku Sang Penyayang. Euforia yang biasa terjadi di akhir tahun ini sudah seharusnya ditanggapi dengan lebih bijak dengan tetap berpijak pada jalan Islam. Pengarahapan yang kita ucapkan perlulah kita niatkan dan sandarkan semata kepada Allah. Begitupun jika pengharapan kita terbingkai dalam satuan waktu tertentu. Sehingga kemudian kita pun akan teringat bahwa perubahan yang kita harapkan pun; tentu atas seizin-Nya dan bukan ruang ataupun waktu yang menghendaki. Berharap Hal Baik Tak Perlu Tunggu Akhir Tahun Sama halnya dengan momentum kembang api di penutup malam terakhir bulan Desember, fenomena berseliwerannya narasi-narasi membangun yang ditujukan tuk setiap dirinya masing-masing akan hal-hal baik yang diinginkannya merupakan suatu hal yang tak kan asing kita jumpai di setiap penutup akhir tahun. Setiap orang punya harapannya masing-masing yang biasanya berangkat dari keresahan, kegelisahan, ataupun kecemasan yang sudah dirasakannya. Maka hal tersebut nampaknya jika dalam Islam kita kenal sebagai bentuk muhasabah diri atau dalam istilah umumnya bisa juga disebut sebagai kontemplasi. Dalam Islam sendiri muhasabah diri atau merenungi segala perbuatan yang telah diperbuat untuk kemudian diperbaiki merupakan sebuah anjuran. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hasyr [59] ayat 18 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”. Kutipan ayat tersebut merupakan perintah tuk bertakwa sekaligus anjuran bagi kita selaku muslim untuk memperhatikan muhasabah diri setiap apa-apa yang kita lakukan. *** Jelaslah dalam ayat tersebut pun bahwa anjuran untuk memperhatikan setiap perbuatan yang hendak dan juga; yang telah kita lakukan tidak terikat akan waktu-waktu khusus. Juga dalam doa-doa terkait memohon suatu kebaikan atau perlindungan akan hal buruk pun; nampaknya tidak ada anjuran atau arahan untuk melakukan doa tersebut di saat-saat tertentu. Maka dari itu, sudah semestinya euforia evaluasi diri di penghujung tahun yang dilanjutkan dengan permohonan akan hal-hal yang lebih baik lagi di kemudian hari tidak hanya hadir ketika dekat moment pergantian tahun. Melainkan sudah tentu harus dilakukan juga di hari-hari biasa atau bahkan setiap hari. Dan perlu diingat, ini bukan berarti melarang memohon harapan di saat penghujung tahun tiba. Namun hanya sekadar bagaimana kita arif & bijak menyikapi fenomena tersebut dengan nafas Islam. Yakni dengan meniatkan dan menyandarkan pengharapan tersebut hanya kepada Allah semata dan juga tidak hanya melakukannya di setiap menjelang penutup tahun saja. Melainkan harus juga dilakukan setiap harinya atau di hari-hari biasanya. Karena sejatinya diri kita tak perlu menunda-nunda dalam hal evaluasi diri. Selalu ada kesalahan pastinya di setiap hari-hari yang kita lalui. Dan sebaik-baiknya tempat untuk memohon ampun dan berharap akan sesuatu yang lebih baik terebut tidak lain dan tidak bukan tentu hanya kepada Allah SWT. Editor An-Najmi
BerharapHanya Kepada Tuhan. Tri Wibowo BS 3 Agustus 2019 3946. Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia. — Imam Ali ibn Abi Thalib karamallahu wajhah. Kita sering membaca kata bijak tentang berharap kepada Tuhan. Namun terkadang kata-kata bijak itu hanya berhenti di bibir Jangan Terlalu Mengharapkan Bantuan Sama Orang Lain Kita pasti pernah berharap sama manusia. Misalnya berharap balasan kenaikan gaji? Berharap penawaran spesial jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan saat cita-cita tersebut tidak terwujud? Atau cuma menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, sedih dan marah kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai impian dan keinginan adalah hal yang normal. Namun kalau mengharapkan bantuan kepada Makhluk, maka kita akan senantiasa memikirkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada realita. Jika telah lupa pada realita akan menciptakan logika sehat kita tertutup. Padahal realita tidak senantiasa indah. Bisa saja harapan tersebut sirna dan menciptakan tertekan dan kecewa. Lalu semestinya apa yang mesti dilaksanakan biar tidak terlalu berharap lebih pada selain Allah? supaya menghalangi rasa kecewa dan marah? apalagi saat impian selama ini tak menjadi realita? Rasa kecewa muncul kalau menggantungkan impian yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang Lain mempunyai kekurangan. Mereka sama mirip kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita minimalkan berharap banyak selain Allah. Cukup Allah saja. Sayyidina Ali pernah berkata “Aku telah pernah mencicipi semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap terhadap insan.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kau berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya impian-harapan kosong. Allah tak suka jika ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya semoga ia kembali berharap cuma kepada Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan cuma kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun kesudahannya, kita akan pasrah dan damai, sebab itu telah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Status Jangan Berharap Lebih Pada Orang Lain, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam.
Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman Allah juga melahirkan rasa takut untuk berbuat maksiat, dan membangun semangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Bertambah Imannya ketika Ayat Al-Qur’an di bacakan. Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayatnya, bertambahlah iman mereka ( karenanya )” (QS.
h8hxJ. 281 477 169 387 381 258 36 398 66

berharap hanya kepada allah bukan manusia